Check out this video guys!!!
Let's spread this good video to encourage youngster for a better generation
Chicken with Chinese Red Wine Sauce: An Chinese Culinary in Indonesia
He Tries to Write
An amateur writer who tried speaking out his mind through an article
Friday, December 9, 2016
Sunday, November 20, 2016
Try to Figure Out Why Mom's Food is The Best
Have you ever wondering why your mom's food is the best food in your life? i believe you have try a hundred, even a thousand types of food in your life. Street food, restaurant food, junk food, high-class food, or anything else, i believe you guys have tried all of these food. But, let me guess. Will you deny your mom's food? I don't think so.
First of all, i found it hard to deny your mom's food, because you don't want to break your mom's heart. She will break into pieces if you say "i don't like your food", or "i don't want to eat your food". As a son or daughter, your holy goal in this life is to make your parents happy, especially your mom. Me, also as a son, try to bring a happiness to my mom by saying and doing a simple thing. Every time i arrive home after a long and tiring day, i always feel excited to eat my mom's food. Just by saying those little words, i feel happy because of smile that happened in my mom's.
Second, i don't know why, but her food is clicking with me. Every spices and seasonings added to the food is just fit for me. I may say other food is too salty or too sweet or too sour, but my mom's is just fit for me. By just smelling her food, my appetite is increasing and yeah just want to eat as much as i could.
But....
I found the scientific issue that made this happen. Every food will come into people's body by mouth, and passing through amylase, an enzyme that produced by your mouth. This enzyme will produce taste for your sensory nerve and give you a sensation about the food. And the enzyme is composed by a generic mutation called AMY1. These generic mutation have a contribution to how high level of amylase in someone's mouth. The difference level of amylase will give a different sensation in someone's mouth and their sensory to food. Scientist found that parents and their child have a similar level of AMY1. This issue is the best way to describe why mom's food is the best food in the world, because their taste will be the same, consequence of the similar level of AMY1 and amylase enzyme.
At last but not least,
Remember, we may grow older but don't forget our parents too. So love them while you have the chance.
Love your parents, love your mom.
Antara Mie, Telur, dan Ulang Tahun
Ulang tahun, ya ulang tahun merupakan salah satu hari dalam satu tahun yang paling ditunggu-tunggu oleh sebagian besar orang. Mengapa demikian? Ulang tahun menandakan seseorang bertambah umurnya sebanyak satu tahun, dan ulang tahun identik dengan bertambahnya kedewasaan seseorang, serta sebagian orang menganggap bertambah kedewasaan berarti akan mendatangkan lebih banyak kemakmuran. Meskipun demikian, ulang tahun yang dialami oleh setiap orang akan berbeda-beda satu dengan lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan tradisi, kepercayaan, dan kebudayaan yang berkembang di kalangan masyarakat. Sebagai contoh, masyarakat Tionghoa akan merayakan ulang tahun dengan berbagai pernak pernik yang bernuansa merah. Apakah alasannya? Mari kita ulas lebih lanjut!
![]() |
Sumber: Google |
Dalam budaya dan tradisi masyarakat Tionghoa, ulang tahun merupakan suatu acara yang membawa kegembiraan dan suka cita, sehingga nuansa yang akan ditampilkan pada saat hari ulang tahun seseorang adalah warna merah. Mengapa warna merah yang dipilih? Mengapa bukan warna hijau atau biru atau bahkan putih? Dalam budaya Tionghoa, warna merah melambangkan adanya kegembiraan dan kesejahteraan, sehingga warna merah akan sangat kental dan sulit terpisahkan dalam ulang tahun ala Tionghoa. Untuk memeriahkan suasana, biasanya di rumah orang yang berulang tahun akan dihias dengan berbagai hiasan, yang tentunya berwarna merah.
Selain berbagai hiasan, tentunya orang yang punya hajatan (re: berulang tahun) akan menyediakan berbagai hidangan makanan untuk menyambut tamu-tamu undangan yang datang. Biasanya si empunya acara akan menyediakan makanan-makanan yang bernuansa chinese food, tetapi tidak jarang juga dewasa ini makanan yang disajikan bernuansa western food. Hal ini dikarenakan adanya globalisasi dan modernisasi yang melanda hampir sebagian kaum muda di kawasan Asia pada umumnya. Meskipun demikian, dalam tradisi Tionghoa, pada saat ulang tahun pasti akan ditemukan makanan yang sama dan identik di setiap acara ulang tahun. Ya, makanan itu adalah mie goreng dan telur merah. Mengapa pada saat ulang tahun perlu ada mir goreng dan telur merah?
Mie goreng yang ada biasa juga disebut mie ulang tahun atau mie panjang umur. Mie memberikan simbol umur panjang pada orang yang berulang tahun, hal ini disimbolkan oleh bentuk mie yang panjang dan tidak terputus-putus. Oleh sebab itu, cara menyantap mie ulang tahun juga tidak boleh sembarangan. Mie ulang tahun harus disantap dengan menggunakan sumpit, dan harus diseruput dari awal hingga ujung mie, dan tidak boleh terputus. Mie tidak boleh digigit sampai mie tersebut masuk semua ke dalam mulut si birthday boy/girl. Mengapa? Karena jika mie tersebut digigit sebelum masuk semua ke dalam mulut, ada kepercayaan yang mengatakan bahwa justru akan membuat umurnya menjadi pendek. Tetapi, jika semua mie diseruput dan baru digigit ketika sampai ke dalam mulut, maka orang tersebut diyakini akan memperoleh hidup panjang. Selain itu, mie yang digigit di dalam mulut melambangkan bahwa suatu saat nanti setiap manusia akan meninggal juga, sehingga tidak boleh ada manusia yang memiliki sifat angkuh dan sombong.
Sebetulnya, pada awal mulanya di Tionghoa, bukan mie yang merupakan makanan wajib saat ulang tahun, melainkan misoa kaki babi. Misoa melambangkan umur yang panjang, sementara kaki babi melambangkan kekuatan dan kesehatan bagi si pemakan. Namun, misoa kaki babi ini kurang populer selain di daerah Taiwan dan Hokkian, sehingga ketika dibawa keluar dari daratan Tionghoa, misoa kaki babi ini digantikan oleh mie goreng.
Selain mie goreng, makanan lain yang wajib tersedia saat ulang tahun adalah telur merah. Apakah itu telur merah? Menurut sejarah yang berkembang, pada jaman dahulu ketika masyarakat Tionghoa masih hidup di dalam lingkaran kemiskinan, telur merupakan makanan yang mahal dan istimewa. Sehingga telur sering kali dianggap melambangkan keistimewaan dan diharapkan mampu menjauhkan orang dari kesusahan. Sementara itu, warna merah pada telur merupakan hasil dari penggunaan pewarna merah, sebagai pelengkap nuansa ulang tahun ala Tionghoa yang serba merah.
Sunday, June 19, 2016
Sistem Pengajuan Sertifikasi Produk Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) di Kota Tangerang
Suatu produk makanan memerlukan nomor industri yang jelas sehingga kualitas dari makanan tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh pihak yang berwenang. Di Indonesia, sistem nomor industri makanan skala besar akan diberikan oleh Badan Pengawasan Obat-Obatan dan Makanan, sementara untuk industri makanan skala kecil akan diberikan oleh Dinas Kesehatan atau Badan Penanaman Modal kota/kabupaten setempat. Khusus di Kota Tangerang, nomor SPP-IRT dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kota Tangerang yang berlokasi di kantor Walikota Tangerang.
Adapun untuk memperoleh nomor SPP-IRT dari suatu produk, diperlukan syarat-syarat administrasi sebagai berikut :
1. Fotokopi KTP penanggung jawab Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
2. Pas foto penanggung jawab IRTP ukuran 4x6 sebanyak 1 lembar
3. Fotokopi Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan
4. Fotokopi bukti kepemilikan tempat dan atau perjanjian sewa
5. Fotokopi bukti pembayaran Pajak Bumi Bangunan tahun terakhir
6. Desain label produk
7. Fotokopi Sertifikat Halal dari MUI
8. Surat pernyataan mentaati aturan yang berlaku
9. Contoh produk
10. Rincian modal usaha
11. Alur produksi produk
12. Hasil laboratorium minimal 1 tahun terakhir
13. Denah lokasi
Untuk memperoleh SPP-IRT, hal pertama yang wajib dilakukan oleh penangung jawab IRTP adalah mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) agar memperoleh sertifikat PKP. PKP diadakan oleh Dinas Kesehatan (Dinkes) di masing-masing kota/kabupaten, dan sertifikat yang diperoleh dapat digunakan dan berlaku di seluruh Indonesia. Setelah memperoleh sertifikat PKP, maka hal yang selanjutnya dilakukan untuk mendapatkan SPP-IRT di Kota Tangerang adalah dengan melakukan uji laboratorium mengenai produk yang dihasilkan. Uji laboratorium dapat dilakukan di Dinkes kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Kemudian, hal yang berikutnya adalah dengan mengajukan sertifikasi halal ke MUI, agar profuk yang dihasilkan dapat dinyatakan halal dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Setelah hal-hal tersebut, yang perlu dilakukan selanjutnya adalah mengisi formulir pengajuan SPP-IRT dan melengkapi berkas-berkas administrasi. Apabila berkas-berkas persyaratan sudah lengkap, maka petugas BPMPTSP akan melakukan peninjauan ke lokasi produksi untuk dapat menyatakan apakah produk tersebut layak memperoleh SPP-IRT atau tidak.
Saturday, May 7, 2016
Obesitas dan Dampaknya terhadap Penyakit Kardiovaskular
Obesitas adalah suatu keadaan yang
melebihi dari berat badan relatif seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi
terutama karbohidrat, lemak dan protein. Kondisi ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi kalori terlalu
banyak dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (Krisno, 2002). Obesitas
adalah suatu keadaan ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi
yang keluar dalam jangka waktu yang lama. Banyaknya konsumsi energi dari
makanan yang dicerna melebihi energi yang digunakan untuk metabolisme dan
aktivitas sehari-hari. Kelebihan energi ini akan disimpan dalam bentuk lemak
dan jaringan lemak sehingga dapat berakibat pertambahan berat badan. Sekitar
50-70% obesitas yang muncul pada remaja cenderung berlanjut hingga dewasa.
Ukuran untuk menentukan seseorang obesitas umumnya dipakai indeks berdasarkan
berat badan dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat, disebut
dengan indeks massa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) (WHO, 2006).
Klasifikasi
Internasional untuk berat badan lebih dan obesitas menurut WHO:
Klasifikasi
|
BMI (kg/m2) prinsip cut-off points
|
Kurang
Gizi
|
<18,50
|
Normal
|
18,50
– 24,99
|
Pre-obesitas
|
25,00
– 29,99
|
Obesitas
1
|
30,00-
34,99
|
Obesitas
2
|
35,00-39,99
|
Obesitas
3
|
≥40,00
|
Sumber:
Adaptasi dari WHO, 1995, WHO, 2000, WHO, 2004.
Penyebab obesitas adalah ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan
energy yang keluar dan merupakan akumulasi simpanan energy yang berubah menjadi
lemak (Lestari, 2012). Selain itu, faktor genetik dan lingkungan juga dapat
mengakibatkan terjadinya obesitas. Secara genetik, parental fatness memiliki peran besar dalam penentuan obesitas sang
anak. Bila kedua orang tua mengalami obesitas, maka kemungkinan anaknya
mengalami obesitas adalah 80%. Bila salah satu orang tua mengalami obesitas,
maka kemungkinan anaknya mengalami obesitas adalah 40%. Jika kedua orang tua tidak
mengalami obesitas, maka kemungkinan anaknya mengalami obesitas hanya 14% (Sjarif,
2002). Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi kemungkinan seseorang
mengalami obesitas adalah faktor nutrisi yang dikonsumsi, aktivitas fisik, serta
kondisi lingkungan sosial (Sjarif, 2002).
Implikasi dari penderita obesitas
salah satunya adalah resiko peningkatan terjadinya penyakit kardiovaskular dan gangguan
metabolik seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, hipertensi,
dislipidemia, diabetes dan gagal jantung (Rompas, 2012). Penyakit
kardiovaskular adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan pada
bagian-bagian yang berhubungan dengan sistem kardiovaskular seperti jantung dan
pembuluh darah (Nurrahman, tanpa tahun).
Sistem peredaran darah atau sistem
kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dan
dari sel. Sistem ini juga menolong stabilisasi suhu dan pH tubuh (bagian dari
homeostasis). Komponen organ yang berperan dalam sistem kardiovaskuler antara lain
jantung, pembuluh darah nadi, pembuluh darah balik, paru-paru dan darah
(Nurrahman, tanpa tahun).
Penyakit jantung koroner (PJK)
adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri
koronaria akibat proses arterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya
(Majid, 2007). PJK merupakan bagian dari penyakit pada sistem kardiovaskular, yang
merupakan masalah di semua negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Penyakit kardiovaskular yang
tadinya hanya menyerang orang dewasa, belakangan mulai menyerang anak-anak usia
remaja. Hal ini dapat terlihat dari studi terbaru mengenai adanya peningkatan
proses arterosklerosis pada dinding vaskuler anak-anak (Atabek et al., 2007
dalam Nurrahman). Selain itu, penyakit lain yang dijumpai pada anak-anak adalah
hiperkolesterolemia, hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2, yang dulunya juga
didominasi oleh orang dewasa. Berbagai penyakit tersebut diawali oleh adanya obesitas
pada anak-anak. Obesitas diasosiasikan dengan adanya abnormalitas metabolik (dislipidemia,
insulin resisten dan hiperglikemia) dan hipertensi yang meningkatkan resiko
penyakit kardiovaskuler (Katier et al., 2008 dalam Nurrahman). Sehingga, ada
indikasi bahwa obesitas dapat menyebabkan terjadinya proses arterosklerosis.
Obesitas merupakan pemicu bagi
banyak penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan kematian, sehingga harus ada
upaya pencegahan terhadap obesitas khususnya pada anak-anak. Salah satu upaya
pencegahan obesitas adalah dengan konsumsi sayur dan buah-buahan. Sayur dan
buah-buahan mengandung serat dalam jumlah besar, yang diperlukan oleh anak-anak
penderita obesitas. Konsumsi serat akan mengurangi asupan lemak dan garam yang
selanjutnya akan menurunkan tekanan darah dan mencegah peningkatan berat badan
(Sartika, 2011). Selain itu, upaya pencegahan obesitas pada anak-anak adalah
dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur. Aktivitas fisik didefinisikan sebagai
pergerakan tubuh khususnya otot yang membutuhkan energi dan olahraga adalah
salah satu bentuk aktivitas fisik. Rekomendasi dari Physical Activity and
Health menyatakan bahwa ‘aktivitas fisik sedang’ sebaiknya dilakukan sekitar 30
menit atau lebih dalam seminggu. Aktivitas fisik sedang antara lain berjalan,
jogging, berenang, dan bersepeda (Mustelin et al., 2009 dalam Sartika). Aktivitas
fisik yang dilakukan setiap hari bermanfaat bukan hanya untuk mendapatkan
kondisi tubuh yangsehat tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan mental, hiburan
dalam mencegah stres. Rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor utama yang
mempengaruhi obesitas pada anak-anak (Sartika, 2011).
Latihan fisik atau olahraga yang
dilakukan dengan takaran, durasi, dan frekuensi yang tepat, dianggap dapat
memperbaiki profil lemak darah, yaitu menurunkan kadar total kolesterol, LDL, dan
trigliserida. Bahkan olahraga dianggap dapat memperbaiki HDL, yaitu suatu jenis
kolesterol yang kadarnya sulit dinaikkan (Hermansyah. dkk, tanpa tahun). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa latihan atau olahraga yang benar selama 20-30
menit akan menaikkan kemampuan sebesar 35% bila dilakukan 3 kali seminggu dalam
jangka waktu setengah bulan. Bila dilaksanakan selama 6 bulan berturut-turut,
akan diperoleh hasil yang optimal (Hermansyah. dkk, tanpa tahun).
Oleh karena itu, disarankan kepada
anak-anak maupun remaja yang mengalami obesitas untuk melakukan aktivitas fisik
secara rutin dan teratur untuk mengurangi berat badan dan menurunkan resiko
terkena penyakit kardiovaskular. Selain itu juga konsumsi sayur dan buah-buahan
untuk meurunkan kadar lemak dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mengalami
obesitas.
Referensi
Atabek,
M.M. et al.. 2007. Evidence For
Association Between Insulin Resistance and Premature Carotid Artherosclerosis
in Childhood Obesity. Pediatric Research 61(3): 345-349
Hermansyah,
dkk. Aktifitas Fisik Dan Kesehatan Mental
Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Rawat Jalan Di RSUP Dr.
Wahidin Sudirohusodo Dan RSUD
Labuang Baji Makassar. Artikel Penelitian. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin
Katier,
N.V.P. et al.. 2008. Early Cardiac
Abnormalities in Obese Children: Importance of Obesity per se Versus Associated
Cardiovascular Risk Factor. Pediatric Research 64(2):
205-209
Krisno,
A.M.. 2002. Gizi dan Kesehatan. Edisi
Pertama. Jakarta: Bayu Media & UMM Press
Lestari,
Sri. 2012. Faktor Resiko Penyebab
Kejadian Obesitas Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Tahun 2011. Tesis. Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Sumatera Utara
Majid,
Abdul. 2007. Penyakit Jantung Koroner:
Patofisiologi, Pencegahan, dan Pengobatan Terkini. Medan: Universitas
Sumatera Utara
Mustelin,
L. et al.. 2009. Physical Activity
Reduces the Influence of Genetic Effects on BMI and Waist Circumference: a
Study in Young Adult Twins. Int. J. Obes. 33: 29-36
Nurrahman.
Obesitas di Kalangan Anak-Anak dan
Dampaknya Penyakit Kardiovaskular. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Rompas,
Tracey. C.C.W.. 2012. Hubungan Obesitas
Umum Dan Obesitas Sentral Dengan Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Di
BLU/RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Sjarif,
D.R.. 2002. Obesity in Childhood :
Pathogenesis and Management. Surabaya: Naskah Lengkap National Obesity
Symposium I, Surabaya.
Tuesday, May 3, 2016
Definisi, Gejala, dan Akibat Malnutrisi
Malnutrisi adalah kondisi berkurangnya nutrisi tubuh, atau suatu
kondisi terbatasnya kapasitas fungsional yang disebabkan oleh ketidakseimbangan
antara asupan dan kebutuhan nutrisi, yang pada akhirnya menyebabkan berbagai gangguan
metabolik, penurunan fungsi jaringan, dan hilangnya massa tubuh (Harmoko,
2011). Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup,
malnutrisi dapat juga disebut keadaan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan di
antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan
kesehatan. Ini bisa terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun
pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam
tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik
(Oxford Medical Dictionary, 2007 dalam Azmi, 2010).
Sumber gizi dapat dibagi kepada dua
jenis, yaitu makronutrien dan mikronutrien. Makronurien adalah zat yang diperlukan
oleh tubuh dalam jumlah yang besar untuk memberikan tenaga secara langsung
yaitu protein sejumlah 4 kkal, karbohidrat sejumlah 4 kkal dan lemak sejumlah 9
kkal. Mikronutrien adalah zat yang penting dalam menjaga kesehatan tubuh tetapi
hanya diperlukan dalam jumlah yang sedikit dalam tubuh yaitu vitamin yang
terbagi atas vitamin larut lemak, vitamin tidak larut lemak, dan mineral
(Wardlaw et al, 2004 dalam Azmi, 2010).
Makronutrien. Karbohidrat adalah sumber energi
utama bagi manusia. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kkal. Sebagian karbohidrat
berada di dalam sirkulasi darah sebagai glukosa untuk keperluan energi sekarang
dan sebagian lagi disimpan sebagai glikogen di dalam hati dan jaringan otot,
dan sebagian diubah menjadi lemak (Almatsier, 2006). Protein adalah molekul
makro yang terdiri dari rantai-rantai panjang asam amino yang terdiri atas
unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen; beberapa asam amino
mengadung unsur-unsur tambahan seperti fosfor dan besi yang terikat satu sama
lain dengan ikatan peptide (Tortora G.J. and Derrickson B., 2006 dalam Azmi,
2010). Lemak adalah senyawa-senyawa heterogen yang bersifat tidak larut dalam air
(hidrofobik). Lemak juga termasuk dalam sumber energi manusia selain bertindak
sebagai koenzim bagi vitamin larut lemak. Lemak juga berfungsi sebagai sumber
energi yang menghasilkan 9 Kkal untuk setiap gram yaitu kira-kira tiga kali
besar energi yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang
sama (Almatsier, 2006).
Mikronutrien. Vitamin adalah zat organik kompleks
yang dibutuhkan dalam jumlah yang kecil dan kebanyakannya tidak dibentuk oleh
tubuh (essensial). Vitamin terbagi kepada dua jenis yaitu vitamin larut lemak (
vitamin A, D, E, K) dan vitamin larut air (vitamin B1, B2, niasin, B6, B12, ,
asam pantotenat, asam folat, biotin, vit.C) (Tortora G.J. and Derrickson B., 2006
dalam Azmi, 2010). Mineral meliputi kira-kira 4% daripada berat badan manusia.
Mineral memegang berbagai peran di dalam tubuh yaitu merupakan sebagian dari
matrik tulang, meregulasi reaksi enzimatik, mengawal pH dan cairan tubuh dan
terlibat di dalam proses osmosis air dan berbagai ion. Mineral digolongkan di
dalam mineral makro dan mineral mikro. Mineral Makro dibutuhkan lebih dari 100
mg sehari. Antara contoh-contoh mineral ialah kalsium (Ca), fosfor (P), natrium
(Na), dan kalium (K). Mineral mikro ialah mineral yang dibutuhkan kurang dari
15 mg sehari. Antara contoh – contoh mineral mikro ialah besi (Fe), seng (Zn),
iodium (I), dan selenium (Se) (Almatsier, 2006).
Malnutrisi yaitu gizi buruk atau
Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan
perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor
risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita
(Krisnansari, 2010). Penyebab KEP dapat dibagi kepada dua penyebab yaitu
malnutrisi primer dan malnutrisi sekunder. Malnutrisi primer adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan oleh asupan protein maupun energi yang tidak
adekuat. Malnutrisi sekunder adalah malnutrisi yang terjadi karena kebutuhan
yang meningkat, menurunnya absorpsi dan/atau peningkatan kehilangan protein
maupun energi dari tubuh. Kurang energi protein bisa terjadi karena adanya
beberapa faktor yang secara bersamaan menyebabkan penyakit ini, antara lain
ialah faktor sosial dan ekonomi contohnya masalah kemiskinan dan faktor
lingkungan yaitu tempat tinggal yang padat dan tidak bersih. Selain itu,
pemberiaan Air Susu Ibu (ASI) dan makanan tambahan yang tidak bergizi juga menjadi
penyebab terjadinya masalah KEP. Secara klinis, KEP dapat dibagikan kepada tiga
tipe yaitu, kwashiorkor, marasmus, dan marasmik-kwashiorkor. Marasmus terjadi
karena pengambilan energi yang tidak cukup sementara kwashiorkor terjadi
terutamanya karena pengambilan protein yang tidak cukup. Sementara tipe
marasmik kwashiorkor yaitu gabungan diantara gejala marasmus dan kwashiorkor
(Kleigmen et al, 2007 dalam Azmi, 2010).
Marasmus terjadi karena pengambilan
energi yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita marasmus, pertumbuhannya
akan berkurang atau terhenti, sering berjaga pada waktu malam, mengalami
konstipasi atau diare. Selain itu, tugor kulit akan menghilang dan penderita
terlihat keriput, lemak pada bagian pipi akan menghilang, vena superfisialis akan
terlihat jelas, ubun-ubun besar cekung, tulang pipi dan dagu menonjol dan mata
tampak besar dan dalam. Perut tampak membuncit atau cekung dengan gambaran usus
yang jelas dan tampak atropi (Hassan et al, 2005).
Kwashiorkor terjadi terutamanya
karena pengambilan protein yang tidak cukup. Pada penderita yang menderita
kwashiorkor akan mengalami gangguan pertumbuhan (pada anak khususnya), perubahan
mental yaitu penderita menjadi cengeng dan pada stadium lanjut menjadi apatis
dan sebagian besar penderita ditemukan edema. Selain itu, penderita akan
mengalami gejala gastrointestinal yaitu anoreksia dan diare. Hal ini terjadi mungkin
karena adanya gangguan fungsi hati, pankreas, dan usus pada penderita
kwashiorkor (Hassan et al, 2005).
Ada beberapa cara untuk mengukur
nilai gizi seseorang, salah satunya adalah antropometri. Pengukuran
antropometri paling sering digunakan untuk mengukur gangguan tumbuh kembang.
Antropometri digunakan secara meluas karena cukup praktis dengan pendekatan
non-invasif dalam mengukur status nutrisi individu atau masyarakat. Ukuran
antropometri adalah berupa penimbangan berat badan (BB), tinggi badan (TB),
lingkar lengan atas (LILA), lingkaran kepala dan lapisan lemak bawah kulit.
Indeks antropometri yang paling sering digunakan ialah BB/U, TB/U, dan BB/TB. Indeks
BB/U dapat digunakan untuk mengenal pasti masalah berat badan rendah menurut
umur yang spesifik. Kelebihan BB/U adalah dapat mengenal pasti masalah
malnutrisi baik akut maupun kronik, walaupun indeks BB/U tidak dapat membedakan
penderita menderita malnutrisi akut atau kronik. Indeks TB/U dapat digunakan
untuk mengenal pasti masalah malnutrisi yang kronik. Untuk anak dibawah dua
tahun, istilah yang digunakan adalah panjang badan-umur, sementara istilah TB/U
digunakan untuk anak dua tahun dan ke atas. TB/U yang rendah menandakan tumbuh
kembang yang terhambat. Indeks BB/TB digunakan untuk mengenal pasti malnutrisi
yang dialami oleh seseorang adalah malnutrisi akut ataupun baru terjadi saat
ini. BB/TB berguna untuk mengukur efek malnutrisi jangka pendek karena penyakit
ataupun perubahan pola makan (Cogill B., 2003).
Klasifikasi KEP berdasarkan
perhitungan menggunakan antropometri dengan indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB
Tabel
Klasifikasi KEP
INDEKS
|
SIMPANGAN BAKU
|
STATUS GIZI
|
BB/U
|
≥ 2 SD
|
Gizi Lebih
|
-2 sampai +2 SD
|
Gizi Baik
|
|
< -2 sampai -3
SD
|
Gizi Kurang
|
|
< -3 SD
|
Gizi Buruk
|
|
TB/U
|
-2 sampai +2 SD
|
Normal
|
< -2 SD
|
Pendek
|
|
BB/TB
|
≥ 2 SD
|
Gemuk
|
-2 sampai +2 SD
|
Normal
|
|
< -2 sampai -3
SD
|
Kurus
|
|
< -3 SD
|
Sangat Kurus
|
Sumber:
Arisman, 2010
Daftar Pustaka
Almatsier,
S., 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
Edisi ke-6. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Arisman,
2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku
Ajar ilmu Gizi. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.
Azmi,
Mohd Ikhwan. 2010. Prevalensi Jenis
Kekurangan Gizi pada Anak Umur Bawah Lima Tahun di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik, Medan pada Tahun 2008 – 2009. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas
Kedokteran. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Cogill,
B., 2003. Anthropometric Indicators
Measurement Guide. [online]. Available from: http://www.fantaproject.org/downloads/pdfs/anthro_1.pdf.
Harmoko,
Benny. 2010. Gambaran Status Nutrisi pada
Pasien yang Menjalani Hemodialisis Berkala di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun
2010. Karya Tulis Ilmiah. Fakultas Kedokteran. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Hassan,
R., et al,. 2005. Gizi: Buku Kuliah 1
Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-11. Jakarta: Infomedika Jakarta.
Keane
V., 2007. Assessment of Growth. In :
Kliegman, R.M., Behrman, R.E., Jenson, H.B., and Stanton B.F., Nelson Textbook
of Pediatrics, 18th ed. Philadelphia : Saunders.
Krisnansari,
Diah. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Purwokerto: Universitas Jenderal
Soedirman.
Trotora,
G.J., Derrickson, B., 2006. Principles of
Anatomy and Physiology, 11th ed. USA: John Wiley and Sons, Inc.
Wardlaw,
M.G., Hampl, J.S., Disilvestro, R.A., 2004.
What Nourishes you? In: Perspective in Nutrition, 6th ed. NY: Mc Graw Hill.
Metabolisme Karbohidrat Penderita Diabetes Mellitus
Secara umum,
karbohidrat adalah senyawa organik yang
mengandung atom Karbon, Hidrogen dan Oksigen, dan pada umumnya unsur Hidrogen
dan oksigen dalam komposisi menghasilkan H2O (Hutagalung, 2004). Karbohidrat
dapat dihasilkan dari dalam tubuh manusia sendiri maupun dari luar tubuh
manusia. Di dalam tubuh sendiri, karbohidrat dibentuk dari beberapa asam amino
dan sebagian dari gliserol lemak. Namun, sebagian besar karbohidrat yang
diperoleh oleh tubuh berasal dari makanan yang dikonsumsi oleh manusia, umumnya
dari bahan pangan nabati (Hutagalung, 2004).
Karbohidrat merupakan
sumber energi bagi manusia, namun karbohidrat yang dikonsumsi oleh manusia
harus dipecah terlebih dahulu untuk dapat menghasilkan energi. Proses pemecahan
karbohidrat ini dikenal sebagai proses metabolisme karbohidrat. Proses
metabolisme karbohidrat yang dapat menghasilkan energi disebut proses
glikolisis. Pada proses ini, glukosa akan dipecah menjadi asam piruvat atau
asam laktat sehingga menghasilkan energi dalam bentuk ATP (Indah Sari, 2007).
Proses pemecahan
karbohidrat untuk menghasilkan energi berlangsung di dalam sitoplasma sel-sel
tubuh. Untuk dapat mencapai sel-sel tubuh, karbohidrat yang berasal dari
makanan harus mengalami proses pencernaan dan absorbsi, sehingga dapat
ditransportasi ke bagian sel tubuh yang membutuhkan. Pada prosesnya, sumber
makanan penghasil karbohidrat yang dikonsumsi akan masuk ke rongga mulut,
dimana terdapat enzim amilase saliva.
Enzim ini akan bekerja pada zat pati menghasilkan maltosa dan beberapa glukosa
lainnya. Setelah melewati rongga mulut, enzim amilase saliva akan berhenti
bekerja dan dilanjutkan oleh kerja enzim amilase penkreas. Jika kerja enzim
amilase maksimal, maka di usus halus akan dihasilkan disakarida. Selanjutnya,
disakarida tersebut akan dihidrolisis oleh enzim disakaridase spesifik sehingga
menghasilkan monosakarida. Hasil dari proses pencernaan dan absorbsi ini adalah
glukosa. Glukosa ini akan diangkut oleh peredaran darah dan didistribusikan ke
sel-sel tubuh yang membutuhkan. Glukosa yang berada di dalam darah biasa
disebut sebagai Kadar Gula Darah (KDG) (Indah Sari, 2007).
Glukosa yang
dihasilkan dari proses pencernaan dan absorbsi tadi akan masuk ke dalam sel dan
dipecah di dalam sel menjadi energi melalui proses glikolisis yang terjadi pada
sitoplasma sel. (Indah Sari, 2007). Proses glikolisis dapat terjadi secara 2
kondisi, yaitu kondisi aerob dan anaerob. Pada kondisi aerob, glukosa akan dioksidasi
menjadi asam piruvat, dimana asam piruvat tersebut dapat berpindah dari
sitoplasma menuju mitokondria. Di mitokondria, asam piruvat akan dioksidasi
menjadi asetil KoA, yang kemudian dapat dioksidasi melalui siklus kreb
berdampingan dengan rantai pernapasan. Pada kondisi anaerob, produk akhir yang
akan dihasilkan adalah asam laktat. Asam laktat nantinya akan dikeluarkan dari
sel, mengikuti peredaran darah membentuk glukosa melalui glukoneogenesis di
ginjal (Indah Sari, 2007).
Pada penderita
Diabetes Melitus, proses metabolisme karbohidrat yang terjadi tidak berjalan
sempurna. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit turunan, yang
disebabkan oleh adanya faktor kelainan gen. Kelainan gen tersebut mengakibatkan
hilangnya enzim tertentu yang dibutuhkan dalam merangsang suatu proses
metabolisme (Suriani, 2012).
Diabetes melitus merupakan gangguan kronik pada metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak akibat ketidakcukupan sekresi insulin dan resistensi insulin
pada jaringan yang dituju (Jafar, 2004). Diabetes melitus dibedakan menjadi dua
tipe, yaitu DM 1 dan DM 2. Pada Diabetes melitus tipe 1, penderita sama sekali
tidak dapat memproduksi insulin dalam tubuhnya, sedangkan pada diabetes melitus
tipe 2, penderita mampu menghasilkan insulin,
namun jumlahnya tidak mencukupi. (Jafar, 2004). Diabetes melitus tipe 1 disebut
juga Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), sedangkan diabetes melitus
tipe 2 disebut juga Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) (Suriani,
2012).
Insulin adalah hormon
yang diproduksi sel beta di pankreas, sebuah kelenjar yang terletak di belakang
lambung, yang berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta
mengubah kelebihan glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan
otot. (Suriani, 2012). Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel
pankreas. Insulin terdiri atas dua rantai polipeptida. Insulin manusia terdiri
atas 21 residu asam amino pada rantai A dan 30 residu pada rantai B. Kedua
rantai ini dihubungkan oleh adanya dua buah rantai disulfida (Suriani, 2012).
Diabetes melitus
secara umum terjadi karena adanya proses patogenesis (Jafar, 2004). Pada
diabetes melitus tipe 1, penderita tidak dapat memproduksi hormon insulin yang
disebabkan oleh serangan antibodi pada sel beta pankreas. Sedangkan pada
diabetes melitus tipe 2, penderita mampu memproduksi insulin dalam pankreasnya,
namun insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada
sel berkurang atau berubah strukturnya (Suriani, 2012). Berdasarkan penelitian,
5-10% penderita diabetes merupakan penderita diabetes melitus tipe 1, sedangkan
sisanya merupakan penderita diabetes melitus 2 (Jafar, 2004).
Pada penderita
diabetes melitus, baik DM 1 maupun DM 2, mampu mencerna dan mengabsorbsi
zat-zat pati dari makanan yang dikonsumsi menjadi glukosa, dan mengedarkannya
pada sel-sel yang membutuhkan. Namun penderita diabetes melitus tidak dapat
mengubah glukosa yang ada menjadi energi, sehingga kadar glukosa yang ada di
dalam tubuh menjadi melebihi batas yang seharusnya. Hal tersebut dikarenakan
ketiadaan hormon insulin pada DMM tipe 1, dan kurangnya hormon insulin pada DM
tipe 2.
Untuk mengatasi
penyakit diabetes melitus, penderita dianjurkan melakukan diet dan olahraga
yang dikontrol oleh dokter. Diet yang dimaksud adalah diet dari makanan yang
manis dan mengandung karbohidrat, sehingga dapat mengurangi kadar glukosa di
dalam darah. Sedangkan olahraga yang dilakukan dapat meningkatkan efek insulin
pada dalam tubuh, sehingga sangat dianjurkan rajin berolahraga pada penderita
diabetes melitus tipe 2 khususnya (Jafar, 2004).
Referensi
Hutagalung, Halomoan. 2004. Karbohidrat. Lecture Paper. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara.
Indah Sari, Mutiara. 2007. Glikolisis Sebagai Metabolisme Karbohidrat
Untuk Menghasilkan Energi. Lecture Paper. Medan: Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera
Utara.
Jafar, Nurhaedar. 2004. Diabetes Mellitus. Makassar: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Hasanuddin.
Suriani, Nidia. 2012. Gangguan Metabolisme Karbohidrat pada
Diabetes Melitus. Thesis. Malang: Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya.
Subscribe to:
Posts (Atom)